LATAR BELAKANG MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM KEDATANGAN ISLAM
Kota Makkah dan Madinah terletak di daerah Hijaz, Semenanjung Tanah Arab. Masyarakat di kedua – dua kota ini menjalani kehidupan berdasarkan adat resam yang mereka warisi. Pada zaman sebelum kedatangan islam, kota Makkah merupakan pusat ibadat dan perdagangan. Kedudukkannya yang strategik dan terdapat sumber air dari telaga zam – zam, menjadikannya sebagai tempat tumpuan kegiatan ekonomi dan kebudayaan di kalangan bangsa Arab. Kota Madinah yang dikenali sebagi Yathrib sebelumnya merupakan pusat perdagangan yang dikelilingi oleh kawasan pertanian yang subur. Kisah sebelum mereka menganuti agama Islam di kedua – dua kota ini dirakam oleh Allah swt di dalam Al – Quran.
Masyarakat di sini menjalani proses sejarah yang unik dalam sejarah tamadun manusia. W.M. Watt yang membuat kajian yang mendalam tentang masyarakt Madinah menyebut bahawa masyarakt bandar ini mengamalkan ideologi kaum Badwi. Pada tahun 610 Masihi agama Islam diturunkan kepada masyarakat Makkah dan tiga tahun kemudian berita ini tersebar luas ke kota Madinah. Bermula dari saat itu, masyarakat kota – kota tersebut mengubah cara hidup kepada keadaan yang lebih sempurna.
ISLAM
MASA RASULULLAH DI MEKKAH
Nabi
Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal, tahun gajah,
kira-kira 571 masehi. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu kelahiran beliau,
ada seorang gubernur dari keraan Nasrani Abisinia yang memerintah di Yaman
bermaksud menghancurkan Ka’bah dengan bala tentaranya yang mengendarai Gajah.
Belum tercapai tujuannya tentara tersebut, Allah telah menghancurkan mereka
dengan mengirimkan burung Ababil. Karena pasukan itu menggunakan Gajah, maka
tahun tersebut dinamakan tahun Gajah.1
Disamping tidak pernah berbuat dosa (ma’shum), nabi Muhammad SAW juga selalu beribadah dan berkhalwat di gua Hira. Sehingga pada tanggal 17 Ramadhan, beliau menerima wahyu pertama kali yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Pada saat itu pula Nabi dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya. Ini terjadi menjelang usia Rasulullah yang ke 40 tahun. Setelah sekian lama wahyu kedua tidak muncul, timbul rasa rindu dalam dada Rasulullah SAW. Akan tetapi tak lama kemudian turunlah wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1-7. Dengan turunnya surat tersebut mulailah Rasulullah berdakwah.
Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan teman-temannya. Dengan turunnya wahyu ini, maka jelaslah apa yang harus Rasulullah kerjakan dalam menyampaikan risalah-Nya yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah SWT yang maha Esa, yang tiada beranak dan tidak pula diberanakkan serta tiada sekutu bagi – Nya.
Disamping tidak pernah berbuat dosa (ma’shum), nabi Muhammad SAW juga selalu beribadah dan berkhalwat di gua Hira. Sehingga pada tanggal 17 Ramadhan, beliau menerima wahyu pertama kali yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Pada saat itu pula Nabi dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya. Ini terjadi menjelang usia Rasulullah yang ke 40 tahun. Setelah sekian lama wahyu kedua tidak muncul, timbul rasa rindu dalam dada Rasulullah SAW. Akan tetapi tak lama kemudian turunlah wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1-7. Dengan turunnya surat tersebut mulailah Rasulullah berdakwah.
Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan teman-temannya. Dengan turunnya wahyu ini, maka jelaslah apa yang harus Rasulullah kerjakan dalam menyampaikan risalah-Nya yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah SWT yang maha Esa, yang tiada beranak dan tidak pula diberanakkan serta tiada sekutu bagi – Nya.
1.Penyiaran Islam secara
Sembunyi-Sembunyi
Ketika wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat manusia menyembah dan mengesakan Allah SWT. Jibril tidak lagi datang untuk beberapa waktu lamanya. Pada saat sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua (Qs. Al-Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru ummat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu beliau menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.
2.Menyiarkan Islam secara Terang-Terangan
Penyiaran secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun, sampai kurun waktu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Tiga Ketika wahyu tersebut beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukit Safa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azap yang keras di kemudian hari (Hari Kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr:94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwa secara terang terangan. Pertama kali seruan yang bersifat umum ini beliau tujukan pada kerabatnya, kemudian penduduk Makkah baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu pada kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Demikianlah perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat untuk meyakinkan orang Makkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah SWT, akan tetapi kebanyakan orang-orang kafir Qurais di Mekkah menentang ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Dengan adanya dakwah Nabi secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Makkah, maka banyak penduduk Makkah yang mengetahui isi dan kandungan al-Qur’an yang sangat hebat, memiliki bahasa yang terang (fasihat) serta menarik. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Dengan usaha yang serius pengikut Nabi SAW bertambah sehingga pemimpin kafir Quraisy yang tidak suka bila Agama Islam menjadi besar dan kuat berusaha keras untuk menghalangi dakwah Nabi dengan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap orang mukmin. Banyak hal yang dilakukan para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi. Pada mulanya mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib. Mereka mengancam dan menyuruh Abu Thalib untuk memilih dengan menyuruh Nabi berhenti berdakwa atau menyerahkannya pada orang kafir Quraisy. Karena cara–cara diplomatik dan bujuk rayu gagal dilakukan, akhirnya para pemimpin Quraisy melakukan tindakan fisik yang sebelumnya memang sudah dilakukan namun semakin ditingkatkan. Apabila orang Quraisy tahu bahwa dilingkungannya ada yang masuk Islam, maka mereka melakukan tindakan kekerasan semakin intensif lagi. Mereka menyuruh orang yang masuk Islam meskipun anggota keluarga sendiri atau hamba sahaya untuk di siksa supaya kembali kepada agama sebelumnya (murtad). Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk Mekkah terhadap kaum muslimin mendorong Nabi SAW untuk mengungsikan sahabat–sahabatnya keluar Makkah. Sehingga pada tahun ke 5 kerasulan Nabi Muhammad SAW menetapkan Habsyah (Etiophya) sebagai negeri tempat untuk mengungsi, karena rajanya pada saat itu sangat adil. Namun kafir Quraisy tidak terima dengan perlakuan tersebut, maka mereka berusaha menghalangi hijrah ke Habsyah dengan membujuk raja Habsyah agar tak menerima kaum muslimin, namun gagal. Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu dua orang kuat Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah dan Umar bin khattab sehingga memperkuat posisi umat Islam. Hal ini memperkeras reaksi kaum Quraisy Mereka menyusun strategi baru untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad SAW yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Persetujuan dilakukan dan ditulis dalam bentuk piagam dan disimpan dalam ka’bah. Akibatnya Bani Hasyim mengalami kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Hal ini terjadi pada tahun ke –7 ke Nabian dan berlangsung selama 3 tahun yang merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam. Pemboikotan ini berhenti setelah para pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu. Namun selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia, tiga hari kemudian istrinya, Siti Khodijah pun wafat. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi (Amul Huzni). Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segan–segan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi berusaha menyebarkan Islam keluar kota, namun Nabi malah di ejek, di sorak bahkan dilempari batu hingga terluka di bagian kepala dan badan. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun ke –10 keNabian, Allah mengisra’mi’rajkannya. Berita ini sangat menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir hal itu dijadikan sebagai propaganda untuk mendustakan Nabi, namun bagi umat Islam itu merupakan ujian keimanan. Setelah peristiwa ini dakwah Islam menemui kemajuan, sejumlah penduduk Yastrib datang ke Makkah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Khozroj dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan :
- Pada tahun ke –10 keNabian. Hal ini berawal dari pertikaian antara suku Aus dan Khozroj, dimana mereka mendambakan suatu perdamaian.
- Pada tahun ke -12 ke-Nabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khozroj, 2 orang Aus serta seorang wanita) menemui Nabi disebuah tempat yang bernama Aqabah dan melakukan ikrar kesetiaan yang dinamakan perjanjian Aqabah pertama. Mereka kemudian berdakwah dengan ini di temani seorang utusan Nabi yaitu Mus’ab bin Umar.
- Pada musim haji berikutnya. Jama’ah haji Yastrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib, mereka berjanji untuk membelah Nabi, perjanjian ini kemudian dinamakan Perjanjian Bai’ah Aqabah II.
Setelah
mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir Quraisy melakukan tekanan dan
intimidasi secara lebih gila lagi terhadap kaum muslimin. Karena hal inilah,
akhirnya Nabi memerintahkan sahabat–sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib. Dalam
waktu dua bulan, ± 150 orang telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu
Bakar yang tetap bersama Nabi, akhirnya ia pun hijrah ke Yastrib bersama mereka
karena kafir Quraisy sudah merencanakan pembunuhan terhadap Nabi SAW. Adapun
cara-cara yang dilakukan orang Quraisy dalam melancarkan permusuhan terhadap
Rasulullah SAW dan pengikutnya sebagai berikut:
Mengejek,
menghina dan menertawakan orang-orang Muslim dengan maksud melecehkan kaum
muslimin.
Mengejek
ajaran Nabi, membangkitkan keraguan, menyebarkan anggapan-anggapanyang
menyangsikan ajaran Nabi.
Melawan
Al-Qur’an dengan dongeng-dongeng orang-orang terdahulu.
Menyodorkan
beberapa tawaran pada orang Islam yang mau menukar keimanannya dengan
kepercayaan orang kafir Quraisy.
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang menyebabkan orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi dakwah Islam yaitu:
Pertama : Orang kafir Quraisy tidak dapat
membedakan antara keNabian dan kekuasaan. Mereka menganggap bahwa tunduk pada
seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan bani Abdul Muthallib.
Kedua : Nabi Muhammad SAW menyerukan
persamaan antara bangsawan dan hamba sahaya.
Ketiga : Para pemimpin Quraisy tidak dapat
menerima adanya hari kebangkitan kembali dan hari pembalasan di akhirat.
Keempat :
Taklid pada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab.
Kelima : Pemahat dan penjual patung
menganggap Islam sebagai penghalang rezeki mereka.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AJARAN RASULULLAH DI
MAKKAH.
Ketika
Rasulullah menyampaikan dakwah sembunyi-bunyi kaum kafir Quraisy tidak mengira
bahwa ajaran Rasulullah akan berhasil dan diikuti oleh banyak dari penduduk
Makkah. Namun setelah ajaran Rasulullah mendapat respon dan diikuti oleh
penduduk Makkah kaum Kafir Quraisy melancarkan aksi-aksinya untuk menghalagi
tersebarnya ajaran Islam ini.
Adapun
hal-hal yang menyebabkan penolakan ajaran Rasulullah adalah sebagai berikut:
Persaingan Memperebutkan
Kekuasaan
Kaum
Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan atau antara
kenabian dan kerajaan. Mereka menganggap bahwa bahawa pemimpin keagamaan akan
merangkap menjadi pemimpin pemerintahan sehingga tunduk kepada agama Muhammad
adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthallib. Sedangkan suku-suku
Quraisy selalu bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Dengan hal
itu maka kekuasaan mereka akan hilang di Makkah apabila mengikuti ajaran
Muhammad.
Penyamaan hak antara
kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
Bangsa
Arab di Makkah hidup berkasta-kasta, tiap-tiap manusia digolongkan kepada
kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi ajaran Rasulullah memberikan hak
yang sama kepada manusia dan menggabungkan semua suku-suku dalam satu ikatan
dengan hak dan kewajiban yang sama . Hak yang sama inilah suatu dasar yang
penting dalam ajaran Islam, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan
menganut ajaran Islam karena mereka menganggap akan meruntuhkan tradisi dan
dasar kehidupan mereka. Tidak hanya itu saja hal yang mempengaruhinya
adalah karena pada kasta bangsawan para bangsawan memperoleh
keistimewaan-keistimewaan di kalangan penduduk Makkah, seperti pengelolaan
ka’bah yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar dari para peziarah
Ka’bah.
Takut dibangkit
Agama
islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat, manusia akan dibangkitkan dari
kuburnya, dan bahwa perbuatan akan dihisab. Orang yang berbuat baik,
kebaikannya itu akan dibalas, sebagaimana orang-orang berdosa akan disiksa
karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya. Kaum Quraisy tak dapat menerima
agama Islam yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali setelah mati.
Taklid dengan nenek
Moyang
Taklid
kepada nenek moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah
mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang
berurat akar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka
meningggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru.
Hilangnya perniagaan
Berhala
Salah
satu usaha orang makkah adalah memahat atau membuat patung berhala yang
menggambarkan Latta,
Uzza, manah dan
Hubal yang mereka yakini sebagai Tuhan semesta alam.
Berhala-berhala tersebut dijual kepada para jamaah-jamaah haji yang
beribadah di Ka’bah. Para jamaah tersebut membelinya untuk mengaharapkan
kesempurnaan berhala, berkah ataupun hanya sekedar kenang-kenangan dari Makkah.
Dengan ajaran Rasulullah yang melarang adanya Berhala maka para
saudagar-saudagar Berhala merasa dirugikan oleh rasulullah dan selanjutnya
menentang ajaran tersebut.
PENGARUH AGAMA ISLAM BAGI MASYARAKAT MEKKAH PADA SAAT ITU
Agama
penduduk Makkah mayoritas adalah penyembah berhala. Agama ini sudah ada sejak
Bani Khuza’ah berkuasa di Makkah ketika Amr bin Luhay Al-Khuza’I membawa
berhala dari Syam dan kemudian meletakkannya di Ka’bah. Agama ini bertahan
sampai turunya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw. Dengan masukknya
agama islam Kaum Quraisy tidak lagi menyembah berhala, selain itu kebiasaan
berbuat dosa memberikan rasa takut tersendiri kepada kaum Quraisy dengan ajaran
siksa akhirat bagi orang yang berbuat dosa.
PERBEDAAN POKOK PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MEKKAH DAN
MADINAH
- Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
- Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
SUMBER
- http://jamilkusuka.wordpress.com/2010/04/16/perkembangan-agama-islam-pada-masa-nabi-muhammad-saw-sampai-masa-khulafaur-rasyidin/
- http://hady412.wordpress.com/2011/03/20/rasulullah-pemimpin-agama-di-makkah/
- http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html