Presentasi Skirining Keganasan Papsmear


Skirining Keganasan Papsmear

DEFINISI
Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
Deteksi dini / Skrining (Screening) yaitu deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit dan kelainan yang secara klinis belum jelas menggunakan tes,pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnyamenderita suatu kelainan.

TUJUAN
Deteksi dini bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini hampir selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular, seperti kanker, diabetes melitus, glaukoma dan lainnya (Kumalasari, 2012).

MANFAAT
Menurut Intan kumalasari (2012) Dapat mendeteksi secara dini adanya keganasan pada payudara maupun serviks, sehingga dapat dilakukan tindak lanjut

SYARAT SKRINING
Masalah kesehatan yang di skrining harus merupakan masalah yang penting
Harus tersedia pengobatan bagi px yg ter dx setelah proses skrining
Tersedia fasilitas dx dan pengobatan
Penyakitnya harus memiliki fase laten atau simptomatik dini (Intan Kumalasari, 2012).

MACAM-MACAM SKRINING
  1. Tes HPV (molekuler, DNA)
  2. Tes PAP SMEAR (sitologi)
  3. Tes IVA (melihat langsung)
  4. Servikografi (kamera khusus)
  5. Kolposkopi (pembesaran visual)


SKRINING PAP SMEAR
Merupakan salah satu metode deteksi dini kanker serviks
Bukan menjadi alat untuk diagnostik
Penegakan diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan histopatologi
Sensitivitas : 30 -87 %
Specificity : 86 –100 %

PENGERTIAN
Pap Smear atau Papanicolaou Smear yang diambil dari nama dokter Yunani yaitu Goerge N Papani colaou
Metode mewarnai pulasan sel-sel  (50 th yl )
Pemeriksaan serviks menggunakan speculum
Mengetahui HPV atau sel karsinoma
Tahun 1949 Papsmear s British Columbia
Tahun 1950 di Amerika Serikat
Tahun 1970 di Indonesia

PAP SMEAR
Pemriksaan sitologi epitel porsio dan servik untuk menentukanadanya perubahan keganasandi porsio dan servik dan digunakan dalam penemuan dini kanker servik (Hoepedio, 1986).
Pap Smear merupakan skrining yang palingsederhana, praktis, akurat , ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat tidak sakit , tidak merusak jaringan serta mudah diulang jika diperlukan (Gandasentana, 1977)

TUJUAN PAP SMEAR
Mengetahui adanya sel-sel abnormal di leher rahim sehinga dapat mencegah terjadinya kanker servik
Pemeriksaan PapSmear terbukti dapat menurunkan mortalitas kanker servik (Suwiyoga 2007)


MANFAAT PAP SMEAR
  1. Diagnosis Dini keganassan
  2. Perawatan ikutan dari keganassan
  3. Interpretasi hormonal wanita
  4. Menentukan proses peradangan


PRINSIP DASAR PAP SMEAR
Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epirel bawah
Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan dibawahnya juga
Sel yang berasal dari eksfoliasi servik diambil dan diwarnai secara khisus, sel-sel abnormal dapat dilihat dibawah mikroskop

STUDI METANALISIS PAP SMEAR
Sensitifitas       : 40 – 85 %
Spesifitas         : 50 – 75 %
Negatif palsu   : 5 – 45 %
Positif palsu     : 10 – 35 %
Untuk mengurangi angka negatif palsu sianjurkan pemeriksaan kolposkopi

INDIKASI UJI PAP SMEAR (WHO, 2006)
Wanita yang berusia 25-26 tahun yang tidak pernah melalukan uji Pap Smear sebelumnya atau pernah sekali 3 tahun yl
Wanita yang pernah melakukan Pap Smear sebelumnya namun dilaporkan inadekuat atau menunjukkan hasil abnormalitas ringan
Wanita yang memiliki keluhan perdarahan, abnormal, perdarahan postcoitus atau setelah menopause dan gejala abnormal lainnya
Wanita yang memiliki servik yang abnormal

PROSEDUR PEMERIKSAAN PAP SMEAR
  1. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek), cytobrush, spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
  2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
  3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
  4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
  5. Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel endoserviks (dari kanalis servikalis), karena kandungan musin yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini penting, terutama bila sampel sel berada dalam satu kaca benda.
  6. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan dengan lidi kapas (cotton bud).
  7. Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis servikalis dilakukan pemutaran sehingga sel melekat pada sikat tersebut.
  8. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush (bukan dengan menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang telah diberi nomor atau nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang mudah ditulis
  9. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung yang pendek) dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360̊ searah jarum jam.
  10. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan kelainan cerviks bermakna, dilakukanpengambilan sampel khusus (diagnostic pap smear).
  11. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberitanda dengan membentuk sudut 45̊ satu kali usapan.
  12. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam botolberisi cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan dengansemprotan (spray fiksatif, bukan hair spray).
  13. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndamdi dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udaraterbuka. Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggukarena akan terjadi distorsi sel.
  14. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah transport dan dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.
  15. Untuk pemeriksaan hormonal, pada wanita pascamenopase beberapa tetes


INTERPRETASI HASIL PAP SMEAR
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993),
yaitu:
  • Kelas I : Tidak ada sel abnormal.
  • Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
  • Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
  • Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
  • Kelas V : Keganasan.









Share this

Related Posts

Previous
Next Post »