TUGAS KELOMPOK
“KALIMAT”
Disususn oleh;
YUDISTIRA (101102011)
NELLA SAGITA (101102013)
DONI HAHMAT PERTAMA (101102015)
JURUSAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI
MANAJEM INFORMATIKA DAN KOMPUTER
PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang hingga saat ini memberikan karunia- Nya
kepada kita berupa kesehatan dalam melakukan aktivitas. Kesehatan dalam
berpikir dan menghasilkan karya-karya baru yang berguna bagi kita. Kreatifitas
dalam mengoptimalkan segala sesuatu kemampuan yang dimiliki akan berdampak
positif bagi setiap individu.
Dengan
rahmat-Nya, diberi kemudahan dalam berpikir hingga penulis dapat dapat
menyelesaikan tulisan ini, sehingga dapat hadir dihadapan pembaca dalam bentuk
makalah dengan judul “ Kalimat ”. Isi
dari makalah adalah Pengertian Kalimat, Pola kalimat Dasar
Jenis
kalimat Menurut struktur
gramatikalnya,isi Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikalnya), Jenis
Kalimat Menurut Fungsinya,Kalimat Efektif,Kalimat Salah dan Kalimat Benar
Harapan
kami, mudah-mudahan makalah ini membantu para
pembaca dalam memahami Isi dari makalah adalah Pengertian Kalimat, Pola
kalimat Dasar, Jenis kalimat Menurut struktur
gramatikalnya,isi Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikalnya), Jenis
Kalimat Menurut Fungsinya,Kalimat Efektif,Kalimat Salah dan Kalimat Benar
Akhirnya,
mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfat bagi para pembaca.
Pontianak,
14 oktober 2010
Penulis
A. Latar
Belakang
Setiap penulis
apabila ingin membuat suatu kalimat
maka penulis tersebut memerlukan tata
cara pembuatan kalimat yang baik dan benar, kalimat harus memenuhi beberapa
syarat penulisan kalimat diantaranya memiliki
subjek (S) dan predikat (P), kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur
predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya
dapat disebut sebagai frasa. Dalam wujud lisan
kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya
(?) dan tanda seru (!).
B. Rumusan Masalah
·
Pengertian Kalimat
·
Pola kalimat Dasar
·
Jenis kalimat Menurut struktur gramatikalnya
·
Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya
(Retorikalnya)
·
Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
·
Kalimat Efektif
·
Kalimat Salah dan Kalimat Benar
C. Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk mengetahui Pengertian kalimat
2.
Untuk mengetahui Pola kalimat dasar, jenis kalimat menurut struktur
gramatikalnya, kalimat menurut bentuk gayanya (gramatikanya) dan jenis kalimat
menurut fungsinya.
3.Untuk
mengetahui cara membuat kalimat yang efektif dan
kalimat salah dan kalimat benar.
BAB
I I
1.
PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P), kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
2
.POLA KALIMAT DASAR
Setelah
membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita
telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian
para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. KB + KK :
Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS :
Dosen itu ramah.
3. KB + KBil :
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD +
KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1
+
KK + KB2
:
Mereka menonton film.
6. KB1
+
KK + KB2
+
KB3
:
Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1
+
KB2
:
Rustam peneliti.
Ketujuh pola
kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
3.
JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat
majemuk dapat bersifat setara (koordinatif, tidak setara (subordinatif),
ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat
majemuk.
A. Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal
terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia
dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat
tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar.
Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat
dasar tersebut :
1. Mahasiswa
berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen t
ramah
S: KB + P: KS
3. Harga buku
itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola
kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah
pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata
kerja (berdiskusi).
Kalimat itu
menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh
lain:
1. Pertemuan
APEC sudah berlangsung.
S P
2. Teori itu
dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah
pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata
sifat (ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen
itu ramah.
S P
Contoh
lain:
1. Komputernya
rusak.
S P
2. Suku bunga
bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah
pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat
kata
bilangan (sepuluh
ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga
buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Contoh
lain:
1. Panjang
jalan tol Cawang-Tanjung
Priok
tujuh belas kilometer.
S P
2. Masalahnya
seribu satu.
S P
Ketiga pola
kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat
akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih
dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa
berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa
semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan
kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester
III.
Perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan
tempat di akhir 2 kalimat.
Kalimat 2, yaitu
Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi
Dosen
itu selalu ramah setiap hari.
S P K
Kalimat 3, yaitu
Harga buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat
Harga
buku besar itu sepuluh ribu rupiah per buah.
S P
Memperluas
kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup
kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau
lebih.
Perluasan
kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1. keterangan
tempat, seperti di sini,
dalam
ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik , dan
sekeliling kota;
2. keterangan
waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan
minggu kedua bulan ini;
3. keterangan
alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan
sendok
dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
4. keterangan
modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya;
5. keterangan
cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan
tergesa-gesa;
6. keterangan
aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. keterangan
tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya,
dan bagi
kita;
8. keterangan
sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9. frasa yang,
seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan
latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
10. keterangan
aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima
Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta,Sutiyoso.
Perhatikan
perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan
+
kata benda = keterangan alat
Dengan
+
kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh
kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1.
Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2. Gubernur DKI
Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B. Majemuk
Majemuk Setara
Kalimat majemuk
setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat
tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat
digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur
tenang.
Karyawan
duduk teratur.
Para
nasabah antre.
Direktur
tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua
kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi
jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat
majemu setara pertentangan.
Contoh:
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia
dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong
negara berkembang.
Kata-kata
penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam kalimat
majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti
kalimat berikut.
Puspiptek
terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung.
Ia
bukan peneliti, melainkan pedagang.
3. Dua kalimat
tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika
kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama juara
MTQ tingkat dewasa.
Upacara
serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4. Dapat pula
dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat
itumenunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pemilihan.
Contoh:
Para
pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau
para menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat
Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk
tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat
atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti
gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya
dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dansebagainya dengan
aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1. a. Komputer
itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan
data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi
dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan
data-data komputer itu.
2. a. Para
pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para
pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh
beristirahat.
Sudah dikatakan
di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan
induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat
ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.
Mari kita
perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila
engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila
engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya
akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak
kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika,
kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum,
kendatipun, bahwa, dan sebagainya
D. Kalimat
Majemuk Campuran
Kalimat jenis
ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara,
atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara
(bertingkat).
Misalnya:
1. Karena
hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama
terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi
mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi,
susunankalimat kedua adalah setara + bertingkat.
4.
JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Tulisan
akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar,
jugagaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah
gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya
jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu
disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya,
konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya
penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks
(anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang
Melepas
Jika kalimat itu
disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas.
Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun
unsur ini tidak diucapkan, itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan
dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan
di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
.
B. Kalimat yang
Klimaks
Jika kalimat itu
disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya
penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami
kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna
kalimat itu setelah membacainduk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai,
terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat.
Oleh karena itu,
penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks,
dan terasa
membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena
sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah
1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga
negara Prancis itu dibebaskan juga.
Anda buatlah
lima buah contoh lainnya.
C. Kalimat yang
Berimbang
Jika kalimat itu
disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gayapenyajian
kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran
yangsejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa
saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika
stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada
kalimat majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat
yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan pengedepanan keterangan.
5.
JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut
fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, , kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua
jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa
lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu
jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam
tanda baca.
A. Kalimat
Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat
pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu
ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden
Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia
menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak
semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam
pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan
tentang bisnis komdominium di kotakota
besar.
B. Kalimat
Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana,
mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan
Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa
dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan
bestek
yang disepakati?
2. Mengapa
tidak semua fakir miskin di negara kita
dapat
dijamin penghidupannya oleh nefara?
Coba Anda buat
lima buah contoh lainnya.
C. Kalimat
Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah
dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah
kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
2. Tolong
buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya
kita tidak berpikiran sempit tentang hak
asasi
manusia.
2. Janganlah
kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
D. Kalimat
Seruan
Kalimat seruan
dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak.
(Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya
tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan
main, cantiknya.
2. Nah, ini
dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah,
target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di
Bangkok
tidak tercapai.
6.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara
atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat
efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,
ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.
A.
Kesepadanan
Yang dimaksud
dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan
gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
1. Kalimat itu
mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasansubjek atau predikat suatu
kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidakefektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak
terdapat subjek yang ganda
Contoh:
a. Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh paradosen.
b. Saat itu
saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh paradosen.
b. Saat itu
bagi saya kurang jelas.
3. Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami
datang agak terlambat. Sehingga kamitidak dapat mengikutiacara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepedamotor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu
menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami
datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami
datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
4. Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya
adalah sebagai berikut.
a. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami terletak di depan bioskop Gunting.
B.
Keparalelan
Yang dimaksud
dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan
verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan
atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang
penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kalimat
a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga
minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
C.
Ketegasan
Yang dimaksud
dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Penekanannya
ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan
presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
Jadi, penekanan
kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan
seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya
suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak
itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah
yang bertanggung jawab.
D.
Kehematan
Yang dimaksud
dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi
kaidah tata bahasa.
Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan
contoh:
a. Karena ia tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
a. Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat
pada hiponimi kata.
Kata merah sudah
mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah
mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a. Ia memakai
baju warna merah.
b. Di mana
engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu
dapat diubah menjadi
a. Ia memakai
baju merah.
b. Di mana
engkau menangkap pipit itu?
3. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu
kalimat.
Kata naik bersinonim
dengan ke atas.
Kata turun bersinonim
dengan ke bawah.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa
badannya saja.
b. Sejak dari
pagi dia bermenung.
Kalimat ini
dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa
badannya.
b. Sejak pagi
dia bermenung.
4. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk
jamak. Misalnya:
Bentuk
Tidak Baku Bentuk Baku
para
tamu-tamu para tamu
beberapa
orang-orang beberapa orang
E.
Kecermatan
Yang dimaksud
dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam
pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia
menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki
makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima
ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut.
Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini
salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F.
Kepaduan
Yang dimaksud
dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak
simetris.
Oleh karena itu,
kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita
harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari
sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu
saya sudah baca.
b. Saran yang
dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas
tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a. Surat itu
sudah saya baca.
b. Saran yang
dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3. Kalimat yang
padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau
tentang
antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini
a. Mereka
membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka
membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
G.
Kelogisan
Yang dimaksud
dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan
kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan
tempat kami persilakan.
2. Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi
meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan
Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat
wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat itu
tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak
Menteri kami persilakan.
2. Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto
Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan
Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum
meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah
tersebut
7.
KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk
yang Salah Bentuk yang Benar
1. Untuk
mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya
sehari-hari.
2. Semoga
dimaklumi.
3. Pekerjaan itu
dia tidak cocok.
4. Perkara yang
diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah. Sedangkan perkara yang telah selesai
disidang-kan berjumlah 23 buah.
5. Halamannya
sangat luas, rumah paman saya di Cibubur.
Baik atau
buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari
Semoga Bapak
dapat memakluminya.
Pekerjaan itu
bagi dia tidak cocok.
Perkara yang
diajukan ke meja hijau
berjumlah 51
buah, sedangkan perkara yang
telah selesai
disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman rumah
pamas saya di Cibubur
sangat luas.
BAB
I I I
A. Kesimpulan
Kalimat
dalam bahasa Indonesia harus memiliki sturuktur yang baik sehingga Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek
(S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat
B. Saran
Sebaiknya pengguaan
kalimat dalam Bahasa Indonesia harus
sesuai kaidah – kaidah yang telah kami bahas di atas sehingga kalimat
yang di buat dapat efektif .
Daftar Pustaka
·
KALIMAT
DALAM BAHASA INDONESIA
Disusun oleh: Nina Widyaningsih,
M.Hum